Thursday, February 14, 2013

Photo Suku Baduy













Sumber

Tempat Wisata Bagedur



Pantai Bagedur biasa dapat saya itempuh dengan berkendara kurang lebih 35Menit. Bagedur merupakan Obyek Wisata Pantai yang masih perawan dan penuh pesona dengan keindahan hamparan pasir putih yang memanjang hingga 5 KM atau lebih. sejauh mata memandang yang ada adalah deburan Obak yang bergulung2, menyapu hamparan pasir putih.



Sepanjang pantai Bagedur, dikelilingi oleh Pohon kelapa dan Tumbuhan Perdu yang tumbuh sepanjang pantai menambah indahnya suasana. Dan jika anda pernah ke sana, hampir setiap pagi dan sore selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan Lokal. Biasanya sambil menunggu datangnya Magrib di Sepanjang Pantai banyak anak2 yang bermain bola dan berkendara Motor/Mobil namun ada juga duduk2 sepanjang pantai sambil menimati semilir Angin Pantai.

Jika Anda Berada diluar Wilayah malingping, Pantai Bagedur yang terletak di daerah Kecamatan Malingping, sekitar 115 km dari Kota Rangkasbitung, pantas dibilang pantai yang tak pernah sepi dikunjungi wisatawan. Daya tarik pantai itu bukan saja karena panjangnya mencapai sekitar 10 km tetapi juga lebar pantai dengan kelandaiannya yang memungkinkan areal pantai dijadikan lokasi rally motor.

Karena bentuknya yang landai dan panjang itu, tak aneh jika setiap menjelang tutup tahun, liburan panjang, berbondong-bondong wisatawan mengunjungi obyek wisata ini. Umumnya wisatawan datang mendirikan tenda-tenda sendiri untuk lokasi peristirahatan. Mereka juga membawa perlengkapan dapur dan perangkat makan seperlunya.

Dengan perlengkapan yang dibawa itu, para pengunjung bisa leluasa beristirahat di obyek wisata Pantai Bagedur selama beberapa hari, tanpa bayar. Kenyataan itu sering dilakukan banyak keluarga dari Rangkasbitung, Bogor, Tangerang, Bekasi, Jakarta bahkan kota-kota lainnya di Jawa dan Sumatera. “Daya tarik obyek wisata ini, alamnya yang masih asli, juga karena bentuk pantainya yang unik.

Apa saja bentuk buah tangan dari Banten Selatan yang bisa dibanggakan? Ternyata, selain kelapa butir atau kelapa muda yang harganya memang murah di Banten Selatan, juga pisang, nangka, buah labu, dan bahan-bahan sayuran.

Tidak cuma itu sebenarnya. Ikan segar juga relatif murah di daerah ini. Soalnya, Banten Selatan sedikitnya memiliki tiga lokasi TPI (tempat pelelangan ikan), yakni TPI Binuangeun di Kecamatan Malingping, TPI Sukahujan di Kecamatan Panggarangan dan TPI Bayah di Kecamatan Bayah. Ikan-ikan dari lokasi pendaratan ikan di Banten Selatan itu dipasarkan tidak saja di pasar-pasar ikan di daerah Banten, seperti Menes, Pandeglang, Malingping, Rangkasbitung dan Tangerang, tetapi selain Jakarta juga ke beberapa kota lainnya di kawasan Bogor dan Depok.

Tak heran, jika selain membawa buah-buhan, para pengunjung pantai Bagedur juga selalu membawa ikan segar. Jenis ikan yang menjadi buruan pengunjung selain ikan layang, tongkol, kembung dan tengiri juga ikan pari dan teri halus.

Sumber : http://sukubaduy.wordpress.com/2011/05/07/bagedur-wisata-indah-yang-tak-tersentuh/

Wednesday, January 16, 2013

Pemimpin Adat Suku Baduy Dalam

Suku baduy dalam : Sepertinya tidak habis membahas keunikan dari budaya-budaya yang ada di Indonesia. Banyak hal yang bisa di pelajari dan menjadi bahan pelajaran untuk kita. Suku-suku adat yang saat ini masih lestari, haruslah menjadi bahan pelajaran untuk kita agar bisa belajar dari mereka. Suku baduy dalam adalah satu dari sekian banyak suku adata yang masih ada di Indonesia ini. Mereka memiliki kehidupan yang sangat mempertahankan budaya nenek moyang.

Kali ini sukubaduydalam.blogspot.com mau berbagi pemimpin adat suku baduy dalam. Suku baduy dalam terbagi ke dalam tiga desa yaitu : Cibeo, Cikatawarna, cikeusik. Sebetulnya kalau di gabung dengan suku baduy luar, jumlah seluruh desa yang ada jumlahnya 57 desa. Masing-masing desa ini di pimpin oleh seorang Jaro. Sedikit tambahan untuk suku baduy dalam, selain ada Jaro, mereka juga mengenal namanya Pu’un.

Di bawah ini adalah beberapa nama Jaro beserta nama desa nya :
Suku baduy dalam :

1. Desa Cibeo di pimpin oleh Jaro Sami
2. Desa Cikatawarna di pimpin oleh Jaro Jaming
3. Desa Cikeusik di pimpin oleh Jaro Alim

Suku baduy luar :
1. Jaro Dainah
2. Jaro Sedi
3. Jaro Arji

Suku baduy dalam selain ada Jaro, juga mengenal adanya Pu’un. Konon Pu’un secara strata social lebih tinggi di banding Jaro. Tentu memiliki peranan yang lebih penting juga.

1. Desa Cibeo di pimpin Pu’un Jasdi
2. Desa Cikatawarna di pimpin Pu’un Sangsang
3. Cikeusik di pimpin Pu’un Yasih

Pu’un adalah orang yang di yakini memiliki kelebihan yang berbeda di banding warga biasa. Mereka adalah tempat rujukan warganya. Dari mulai menentukan kapan masa tanam dan kapan masa panen. Serta yang berhak menerapkan hukum adat, mengobati yang sakit, dan menentukan kapan masuk waktu Kawalu, yaitu masa puasa untuk warga Baduy.

Karena posisinya sebagai pemimpin, Pu’un sangat memiliki prioritas utama di tengah warganya. Kata-katanya sangat di dengar oleh seluruh warga. Kebiasaan Pu’un adalah menyendiri dalam kurun waktu biasanya berminggu-minggu. Mereka jarang sekali keluar rumah sehingga memiliki tempat mandi tersendiri. sedangkan secara umum warganya mandi di sungai.
 

Tuesday, November 27, 2012

Rumah Adat Suku Baduy Dalam


Suku Baduy dalam : Rumah tidak sekedar tempat tinggal biasa bagi masyarakat suku baduy dalam, lebih dari itu. Terdapat nilai-nilai luhur warisan nenek moyang mereka yang harus di lestarikan dan di perhatikan. Suku baduy dalam sangat yakin bahwa daerah yang mereka tinggali sekarang, daerah pegunungan Kendeng adalah pusat alam semesta. Sehingga salah satu tradisi suku baduy dalam mengolah tanahnya yaitu menghindari mengolah tanah menggunakan cangkul.

Kalau sobat datang ke tanah baduy, bisa di lihat disana bahwa rumah yang mereka bangun sangat mengikuti pola tanah. Mereka membiarkan walaupan tanah yang akan di bangun tidak rata. Tidak ada usaha untuk meratakannya. Tentu pada akhirnya, tingggi rumah berdiri kondisinya tidak rata. Sebuah budaya yang sangat jarang di temui kalau di luar suku baduy dalam.

Rumah yang sangat sederhana adalah ciri khas masyarakat baduy. Menurut yang mereka yakini, tempat tinggal memiliki kekuatan netral. Dalam istilahnya “terletak antara dunia bawah dan dunia atas”. Kalau di perhatikan, rumah baduy pasti memiliki kolong dan tidak langsung menyentuh tanah. Semua rumah pasti di bangun memakai alas batu (umpak). Mereka pun percaya sepenuhnya, dengan membangunnya seperti itu, rumah mereka akan jauh lebih awet dan tahan lama.

Motif Atap Rumah Suku Baduy Dalam

Atap rumah terbagi pada dua sisi kanan dan sisi kiri. Atap sebelah kiri di bangun lebih panjang di bandingkan atap sebelah kanan. Ini di maksudkan supaya satu sisi yang lebih panjang memberikan kehangatan yang lebih. Selain itu, juga untuk menambah ruangan yang bisa di pakai. Karena pasti anggota keluarga akan terus bertambah. Kemudian, bagian paling atas atau pucuk, pertemuan antara sisi kiri dan sisi kanan di buat cabik. Fungsinya untuk menahan air hujan yang turun. Selain untuk fungsi tadi, cabik ini juga merupakan lambang lingkaran hidup mereka.

Ciri khas berikutnya ialah, atap yang di pakai bukan seperti kebanyakan yang sering kita temui. Mereka tidak memakai genting. Rata-rata yang di pakai sebagai atap terbuat dari bahan yang sangat sederhana, biasanya dari ijuk atau daun kelapa yang di keringkan. Ini adalah bagian adat yang harus di patuhi. Bagian dari kepercayaan yang sangat mereka yakini. Hal ini berhubungan karena genting itu berbahan dari tanah. Artinya, kalau memakai atap dari genting, sama saja mengubur diri sendiri. Sedangkan tanah hanya di peruntukan untuk orang mati saja. Seperti peribahasa mereka “terletak antara dunia bawah – yaitu tanah - dan dunia atas – yaitu langit -. Karena rumah memiliki pangkat yang lebih tinggi, yaitu dunia atas, maka di larang di letakan lebih rendah dari tanah.

Jendela Rumah Suku Baduy Dalam

Suku baduy dalam memang memiliki banyak keunikan. Rumah yang meraka punya, tidak di buatkan jendela seperti pada umumnya. Sedikit berbeda dengan baduy luar, mereka sudah menerapkan jendela rumah. Khusus untuk suku baduy dalam, jendela masih di anggap tidak penting, karena fungsinya bisa di gantikan. Anggapan suku baduy dalam, jendela tujuannya untuk melihat pemandangan keluar atau yang berada di luar. Sedangkan kalau begitu mereka tinggal membuat lubang saja di dinding rumah. Selain itu, fungsi jendela sebagai ventilasi bisa di ganti dengan lantai berlubang yang terbuat dari bambu.

Bagian Rumah Suku Baduy Dalam

Rata-rata rumah baduy terbagi tiga bagian; bagian depan, tengah, kemudian belakang (dapur). Paling belakang berfungsi sebagai dapur untuk mengolah bahan makanan, kemudian di tengah untuk istirahat seluruh anggota keluarga dan bagain paling depan yang biasa di sebut sosoro berfungsi sebagai tempat penerima tamu. Menurut kepercayaan suku baduy dalam, setiap tamu dari luar tidak di izinkan masuk ke bagian tengah. Tamu hanya boleh sampai bagian depan saja. Menurut mereka tamu dari luar pasti membawa pengaruh buruk. Sedangkan di depan rumah di fungsikan sebagai filter dari pengaruh buruk yang di bawa oleh tamu tadi.

Kalaupun ada tamu dari luar yang mau menginap, biasanya di tempatkan di rumah pemimpin mereka (Jaro). Setiap rumah Jaro pasti di lengkapi dengan satu ruangan yang di khususkan peruntukannya untuk menampung para tamu yang datang. Biasanya ruangan ini di sebut dengan sosoro. Namun, seandainya rumah jaro ini sudah tidak cukup menampung tamu. Barulah akan di tempatkan di rumah warga biasa. Tentunya dengan ketentuan, tamu tersebut wajib mengikuti dan mematuhi semua peraturan dan larangan dari suku baduy dalam.

Monday, November 26, 2012

Tradisi Suku Baduy Dalam

 

Seba di Suku Baduy Dalam serta Baduy Luar

Sebelumnya telah di bahas sejarah suku baduy, sekarang saya akan berbagi adat istiadat suku baduy yaitu namanya tradisi Seba. Di baduy di kenal ada yang namanya Seba. Seba berasal dari bahasa sunda yaitu Saba yang artinya berkunjung atau silaturahmi. Seba adalah melakukan kunjungan resmi kepada penguasa beserta mengirim hasil bumi, ritual ini di lakukan sebagai bentuk silaturahmi dan bukti kesetiaan warga Baduy kepada pemerintah. Disini melalui Bupati dan Gubernur. Seba di selenggarakan satu tahun sekali.

Seba terbagi dua, seba kecil dan seba besar. Seba kecil ketika hasil panen menghasilkan panen yang tidak berlimpah, maka pemimpin baduy akan mengadakan seba kecil saja. Yaitu menyerahkan hasil panen saja tanpa di tambah dengan perangkat dapurnya. Sedangkan seba besar memerlukan persiapan lebih besar. Artinya selain hasil panen yang di serahkan, juga akan di tambah dengan pelengkap dapur. Seba besar di adakan ketika hasil panen melimpah ruah. Namun pada intinya, masyarakat baduy pasti akan mengadakan seba ini, karena ini sudah merupakan tradisi suku baduy setiap tahun.

Sebelum tradisi seba di adakan, akan di awali dengan ritual Kawalu. Kawalu artinya suku baduy tidak boleh menerima tamu dari luar selama 3 bulan. Jadi buat sobat yang berniat akan melancong ke Baduy, pastikan bukan dalam masa Kawalu. Seba besar membutuhkan persiapan fisik yang luar biasa terutama untuk warga baduy dalam. Karena dalam pelaksanaannya harus menghadap ke bupati atau gubernur langsung. Dan perjalanan tersebut di tempuh harus tanpa naik kendaraan dan tidak menggunakan alas kaki. Biasanya mereka akan sampai di kantor gubernur sekitar 3 hari perjalanan. Kantor gubernur banten terletak di Jl.Letjen Kiyai Sjam’un kota Serang. Jarak dari Baduy di Pegunungan Kendeng ke pendopo gubernur Banten sekitar 95 km.

Akan tetapi, hanya masyarakat baduy dalam saja yang tidak naik kendaraan dan tanpa alas kaki. Mereka berjalan kaki dari desanya menuju Rangkasbitung yang berjarak 40 km. Kemudian di lanjutkan esok harinya ke pendopo Gubernur, jaraknya sekitar 50 km. sedangkan untuk warga baduy luar menggunakan kendaraan, karena meraka sudah menerima budaya luar. Disini uniknya, bisa di bayangkan warga Baduy dalam berjalan kaki dan tanpa pakai alas kaki dengan jarak tempuh 95 km.

Seperti seba tahun ini, di laksanakan tanggal 27-28 april 2012. Di mulai hari jumat tiba di pendopo kabupaten Lebak. Langsung di terima oleh Bapak H. Jayabaya. Mereka biasa menyebutnya dengan Bapak Gede. Masyarakat baduy yang hadir berjumlah 1388 orang. Terdiri dari anak-anak sampai orang tua. Tapi para perempuannya tidak ikut serta. Setelah itu keesokan harinya di lanjutkan ke pendopo gubernur di kota Serang. Di terima langsung oleh Ibu Gubernur Rt.Atut Chosiyah. Warga Baduy menyebutnya Ibu Gede.

Warga baduy di wakili oleh pemimpinnya, yaitu Jaro Dainah dan Saidi Putra, mereka menyampaikan rasa syukur atas panen tahun ini dan sekaligus menyampaikan unek-unek atau permasalahan yang ada di masyarakatnya sebagai bentuk laporan kepada Bupati. Sedangkan dari pihak bupati, hadir jajaran kepala daerah dan pejabat muspida setempat.

Biasanya yang hadir yaitu Jaro sebagai wakil dari Pu’un, tokoh adat kajeroan, tokoh adat panamping, tokoh adat pemuda. Khusus untuk tokoh pemuda di maksudkan sebagai bahan pengalaman dan pembelajaran nanti ke depan sebagai calon penerus. Seperti sifat dasar warga baduy, mereka menyampaikan apapun permasalahan yang ada di baduy kepada pemerintah dengan tegas, lugas, tanpa basa-basi, terbuka, tepat dan tidak menutup-nutupi. Tradisi suku baduy ini merupakan tanggung jawab semua warganya supaya berlangsung sukses. Semua warga memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan seba tahunan supaya berjalan dengan lancar. Sesuai dengan pakem, keharusan, dan arahan dari pemimpin mereka.

Kemudian esok harinya di lanjutkan dengan perjalanan menuju kantor gubernur banten di serang. Di terima langsung oleh ibu gubernur yang biasa di panggil oleh masyarakat Baduy dengan Ibu Gede. Dengan agenda yang sama, yaitu silaturahmi ke kepala pemerintahan. Hj. Atut Chosiah sangat mengapresiasi apa yang di lakukan oleh masyarakat baduy dengan adat istiadat seba ini. Karena artinya seba ini menunjukan bahwa warga Baduy tetap menjaga kelangsungan hutan terbukti dengan banyaknya oleh-oleh berupa hasil hutan mereka.Adapun hasil bumi yang di serahkan baik ke bupati atau gubernur berrmacam-macam seperti pisang, padi, gula aren, coklat, biji kopi dan lain-lain.
Powered By Blogger

Photo Suku Baduy













Sumber

Tempat Wisata Bagedur



Pantai Bagedur biasa dapat saya itempuh dengan berkendara kurang lebih 35Menit. Bagedur merupakan Obyek Wisata Pantai yang masih perawan dan penuh pesona dengan keindahan hamparan pasir putih yang memanjang hingga 5 KM atau lebih. sejauh mata memandang yang ada adalah deburan Obak yang bergulung2, menyapu hamparan pasir putih.



Sepanjang pantai Bagedur, dikelilingi oleh Pohon kelapa dan Tumbuhan Perdu yang tumbuh sepanjang pantai menambah indahnya suasana. Dan jika anda pernah ke sana, hampir setiap pagi dan sore selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan Lokal. Biasanya sambil menunggu datangnya Magrib di Sepanjang Pantai banyak anak2 yang bermain bola dan berkendara Motor/Mobil namun ada juga duduk2 sepanjang pantai sambil menimati semilir Angin Pantai.

Jika Anda Berada diluar Wilayah malingping, Pantai Bagedur yang terletak di daerah Kecamatan Malingping, sekitar 115 km dari Kota Rangkasbitung, pantas dibilang pantai yang tak pernah sepi dikunjungi wisatawan. Daya tarik pantai itu bukan saja karena panjangnya mencapai sekitar 10 km tetapi juga lebar pantai dengan kelandaiannya yang memungkinkan areal pantai dijadikan lokasi rally motor.

Karena bentuknya yang landai dan panjang itu, tak aneh jika setiap menjelang tutup tahun, liburan panjang, berbondong-bondong wisatawan mengunjungi obyek wisata ini. Umumnya wisatawan datang mendirikan tenda-tenda sendiri untuk lokasi peristirahatan. Mereka juga membawa perlengkapan dapur dan perangkat makan seperlunya.

Dengan perlengkapan yang dibawa itu, para pengunjung bisa leluasa beristirahat di obyek wisata Pantai Bagedur selama beberapa hari, tanpa bayar. Kenyataan itu sering dilakukan banyak keluarga dari Rangkasbitung, Bogor, Tangerang, Bekasi, Jakarta bahkan kota-kota lainnya di Jawa dan Sumatera. “Daya tarik obyek wisata ini, alamnya yang masih asli, juga karena bentuk pantainya yang unik.

Apa saja bentuk buah tangan dari Banten Selatan yang bisa dibanggakan? Ternyata, selain kelapa butir atau kelapa muda yang harganya memang murah di Banten Selatan, juga pisang, nangka, buah labu, dan bahan-bahan sayuran.

Tidak cuma itu sebenarnya. Ikan segar juga relatif murah di daerah ini. Soalnya, Banten Selatan sedikitnya memiliki tiga lokasi TPI (tempat pelelangan ikan), yakni TPI Binuangeun di Kecamatan Malingping, TPI Sukahujan di Kecamatan Panggarangan dan TPI Bayah di Kecamatan Bayah. Ikan-ikan dari lokasi pendaratan ikan di Banten Selatan itu dipasarkan tidak saja di pasar-pasar ikan di daerah Banten, seperti Menes, Pandeglang, Malingping, Rangkasbitung dan Tangerang, tetapi selain Jakarta juga ke beberapa kota lainnya di kawasan Bogor dan Depok.

Tak heran, jika selain membawa buah-buhan, para pengunjung pantai Bagedur juga selalu membawa ikan segar. Jenis ikan yang menjadi buruan pengunjung selain ikan layang, tongkol, kembung dan tengiri juga ikan pari dan teri halus.

Sumber : http://sukubaduy.wordpress.com/2011/05/07/bagedur-wisata-indah-yang-tak-tersentuh/

Pemimpin Adat Suku Baduy Dalam

Suku baduy dalam : Sepertinya tidak habis membahas keunikan dari budaya-budaya yang ada di Indonesia. Banyak hal yang bisa di pelajari dan menjadi bahan pelajaran untuk kita. Suku-suku adat yang saat ini masih lestari, haruslah menjadi bahan pelajaran untuk kita agar bisa belajar dari mereka. Suku baduy dalam adalah satu dari sekian banyak suku adata yang masih ada di Indonesia ini. Mereka memiliki kehidupan yang sangat mempertahankan budaya nenek moyang.

Kali ini sukubaduydalam.blogspot.com mau berbagi pemimpin adat suku baduy dalam. Suku baduy dalam terbagi ke dalam tiga desa yaitu : Cibeo, Cikatawarna, cikeusik. Sebetulnya kalau di gabung dengan suku baduy luar, jumlah seluruh desa yang ada jumlahnya 57 desa. Masing-masing desa ini di pimpin oleh seorang Jaro. Sedikit tambahan untuk suku baduy dalam, selain ada Jaro, mereka juga mengenal namanya Pu’un.

Di bawah ini adalah beberapa nama Jaro beserta nama desa nya :
Suku baduy dalam :

1. Desa Cibeo di pimpin oleh Jaro Sami
2. Desa Cikatawarna di pimpin oleh Jaro Jaming
3. Desa Cikeusik di pimpin oleh Jaro Alim

Suku baduy luar :
1. Jaro Dainah
2. Jaro Sedi
3. Jaro Arji

Suku baduy dalam selain ada Jaro, juga mengenal adanya Pu’un. Konon Pu’un secara strata social lebih tinggi di banding Jaro. Tentu memiliki peranan yang lebih penting juga.

1. Desa Cibeo di pimpin Pu’un Jasdi
2. Desa Cikatawarna di pimpin Pu’un Sangsang
3. Cikeusik di pimpin Pu’un Yasih

Pu’un adalah orang yang di yakini memiliki kelebihan yang berbeda di banding warga biasa. Mereka adalah tempat rujukan warganya. Dari mulai menentukan kapan masa tanam dan kapan masa panen. Serta yang berhak menerapkan hukum adat, mengobati yang sakit, dan menentukan kapan masuk waktu Kawalu, yaitu masa puasa untuk warga Baduy.

Karena posisinya sebagai pemimpin, Pu’un sangat memiliki prioritas utama di tengah warganya. Kata-katanya sangat di dengar oleh seluruh warga. Kebiasaan Pu’un adalah menyendiri dalam kurun waktu biasanya berminggu-minggu. Mereka jarang sekali keluar rumah sehingga memiliki tempat mandi tersendiri. sedangkan secara umum warganya mandi di sungai.
 

Rumah Adat Suku Baduy Dalam


Suku Baduy dalam : Rumah tidak sekedar tempat tinggal biasa bagi masyarakat suku baduy dalam, lebih dari itu. Terdapat nilai-nilai luhur warisan nenek moyang mereka yang harus di lestarikan dan di perhatikan. Suku baduy dalam sangat yakin bahwa daerah yang mereka tinggali sekarang, daerah pegunungan Kendeng adalah pusat alam semesta. Sehingga salah satu tradisi suku baduy dalam mengolah tanahnya yaitu menghindari mengolah tanah menggunakan cangkul.

Kalau sobat datang ke tanah baduy, bisa di lihat disana bahwa rumah yang mereka bangun sangat mengikuti pola tanah. Mereka membiarkan walaupan tanah yang akan di bangun tidak rata. Tidak ada usaha untuk meratakannya. Tentu pada akhirnya, tingggi rumah berdiri kondisinya tidak rata. Sebuah budaya yang sangat jarang di temui kalau di luar suku baduy dalam.

Rumah yang sangat sederhana adalah ciri khas masyarakat baduy. Menurut yang mereka yakini, tempat tinggal memiliki kekuatan netral. Dalam istilahnya “terletak antara dunia bawah dan dunia atas”. Kalau di perhatikan, rumah baduy pasti memiliki kolong dan tidak langsung menyentuh tanah. Semua rumah pasti di bangun memakai alas batu (umpak). Mereka pun percaya sepenuhnya, dengan membangunnya seperti itu, rumah mereka akan jauh lebih awet dan tahan lama.

Motif Atap Rumah Suku Baduy Dalam

Atap rumah terbagi pada dua sisi kanan dan sisi kiri. Atap sebelah kiri di bangun lebih panjang di bandingkan atap sebelah kanan. Ini di maksudkan supaya satu sisi yang lebih panjang memberikan kehangatan yang lebih. Selain itu, juga untuk menambah ruangan yang bisa di pakai. Karena pasti anggota keluarga akan terus bertambah. Kemudian, bagian paling atas atau pucuk, pertemuan antara sisi kiri dan sisi kanan di buat cabik. Fungsinya untuk menahan air hujan yang turun. Selain untuk fungsi tadi, cabik ini juga merupakan lambang lingkaran hidup mereka.

Ciri khas berikutnya ialah, atap yang di pakai bukan seperti kebanyakan yang sering kita temui. Mereka tidak memakai genting. Rata-rata yang di pakai sebagai atap terbuat dari bahan yang sangat sederhana, biasanya dari ijuk atau daun kelapa yang di keringkan. Ini adalah bagian adat yang harus di patuhi. Bagian dari kepercayaan yang sangat mereka yakini. Hal ini berhubungan karena genting itu berbahan dari tanah. Artinya, kalau memakai atap dari genting, sama saja mengubur diri sendiri. Sedangkan tanah hanya di peruntukan untuk orang mati saja. Seperti peribahasa mereka “terletak antara dunia bawah – yaitu tanah - dan dunia atas – yaitu langit -. Karena rumah memiliki pangkat yang lebih tinggi, yaitu dunia atas, maka di larang di letakan lebih rendah dari tanah.

Jendela Rumah Suku Baduy Dalam

Suku baduy dalam memang memiliki banyak keunikan. Rumah yang meraka punya, tidak di buatkan jendela seperti pada umumnya. Sedikit berbeda dengan baduy luar, mereka sudah menerapkan jendela rumah. Khusus untuk suku baduy dalam, jendela masih di anggap tidak penting, karena fungsinya bisa di gantikan. Anggapan suku baduy dalam, jendela tujuannya untuk melihat pemandangan keluar atau yang berada di luar. Sedangkan kalau begitu mereka tinggal membuat lubang saja di dinding rumah. Selain itu, fungsi jendela sebagai ventilasi bisa di ganti dengan lantai berlubang yang terbuat dari bambu.

Bagian Rumah Suku Baduy Dalam

Rata-rata rumah baduy terbagi tiga bagian; bagian depan, tengah, kemudian belakang (dapur). Paling belakang berfungsi sebagai dapur untuk mengolah bahan makanan, kemudian di tengah untuk istirahat seluruh anggota keluarga dan bagain paling depan yang biasa di sebut sosoro berfungsi sebagai tempat penerima tamu. Menurut kepercayaan suku baduy dalam, setiap tamu dari luar tidak di izinkan masuk ke bagian tengah. Tamu hanya boleh sampai bagian depan saja. Menurut mereka tamu dari luar pasti membawa pengaruh buruk. Sedangkan di depan rumah di fungsikan sebagai filter dari pengaruh buruk yang di bawa oleh tamu tadi.

Kalaupun ada tamu dari luar yang mau menginap, biasanya di tempatkan di rumah pemimpin mereka (Jaro). Setiap rumah Jaro pasti di lengkapi dengan satu ruangan yang di khususkan peruntukannya untuk menampung para tamu yang datang. Biasanya ruangan ini di sebut dengan sosoro. Namun, seandainya rumah jaro ini sudah tidak cukup menampung tamu. Barulah akan di tempatkan di rumah warga biasa. Tentunya dengan ketentuan, tamu tersebut wajib mengikuti dan mematuhi semua peraturan dan larangan dari suku baduy dalam.

Tradisi Suku Baduy Dalam

 

Seba di Suku Baduy Dalam serta Baduy Luar

Sebelumnya telah di bahas sejarah suku baduy, sekarang saya akan berbagi adat istiadat suku baduy yaitu namanya tradisi Seba. Di baduy di kenal ada yang namanya Seba. Seba berasal dari bahasa sunda yaitu Saba yang artinya berkunjung atau silaturahmi. Seba adalah melakukan kunjungan resmi kepada penguasa beserta mengirim hasil bumi, ritual ini di lakukan sebagai bentuk silaturahmi dan bukti kesetiaan warga Baduy kepada pemerintah. Disini melalui Bupati dan Gubernur. Seba di selenggarakan satu tahun sekali.

Seba terbagi dua, seba kecil dan seba besar. Seba kecil ketika hasil panen menghasilkan panen yang tidak berlimpah, maka pemimpin baduy akan mengadakan seba kecil saja. Yaitu menyerahkan hasil panen saja tanpa di tambah dengan perangkat dapurnya. Sedangkan seba besar memerlukan persiapan lebih besar. Artinya selain hasil panen yang di serahkan, juga akan di tambah dengan pelengkap dapur. Seba besar di adakan ketika hasil panen melimpah ruah. Namun pada intinya, masyarakat baduy pasti akan mengadakan seba ini, karena ini sudah merupakan tradisi suku baduy setiap tahun.

Sebelum tradisi seba di adakan, akan di awali dengan ritual Kawalu. Kawalu artinya suku baduy tidak boleh menerima tamu dari luar selama 3 bulan. Jadi buat sobat yang berniat akan melancong ke Baduy, pastikan bukan dalam masa Kawalu. Seba besar membutuhkan persiapan fisik yang luar biasa terutama untuk warga baduy dalam. Karena dalam pelaksanaannya harus menghadap ke bupati atau gubernur langsung. Dan perjalanan tersebut di tempuh harus tanpa naik kendaraan dan tidak menggunakan alas kaki. Biasanya mereka akan sampai di kantor gubernur sekitar 3 hari perjalanan. Kantor gubernur banten terletak di Jl.Letjen Kiyai Sjam’un kota Serang. Jarak dari Baduy di Pegunungan Kendeng ke pendopo gubernur Banten sekitar 95 km.

Akan tetapi, hanya masyarakat baduy dalam saja yang tidak naik kendaraan dan tanpa alas kaki. Mereka berjalan kaki dari desanya menuju Rangkasbitung yang berjarak 40 km. Kemudian di lanjutkan esok harinya ke pendopo Gubernur, jaraknya sekitar 50 km. sedangkan untuk warga baduy luar menggunakan kendaraan, karena meraka sudah menerima budaya luar. Disini uniknya, bisa di bayangkan warga Baduy dalam berjalan kaki dan tanpa pakai alas kaki dengan jarak tempuh 95 km.

Seperti seba tahun ini, di laksanakan tanggal 27-28 april 2012. Di mulai hari jumat tiba di pendopo kabupaten Lebak. Langsung di terima oleh Bapak H. Jayabaya. Mereka biasa menyebutnya dengan Bapak Gede. Masyarakat baduy yang hadir berjumlah 1388 orang. Terdiri dari anak-anak sampai orang tua. Tapi para perempuannya tidak ikut serta. Setelah itu keesokan harinya di lanjutkan ke pendopo gubernur di kota Serang. Di terima langsung oleh Ibu Gubernur Rt.Atut Chosiyah. Warga Baduy menyebutnya Ibu Gede.

Warga baduy di wakili oleh pemimpinnya, yaitu Jaro Dainah dan Saidi Putra, mereka menyampaikan rasa syukur atas panen tahun ini dan sekaligus menyampaikan unek-unek atau permasalahan yang ada di masyarakatnya sebagai bentuk laporan kepada Bupati. Sedangkan dari pihak bupati, hadir jajaran kepala daerah dan pejabat muspida setempat.

Biasanya yang hadir yaitu Jaro sebagai wakil dari Pu’un, tokoh adat kajeroan, tokoh adat panamping, tokoh adat pemuda. Khusus untuk tokoh pemuda di maksudkan sebagai bahan pengalaman dan pembelajaran nanti ke depan sebagai calon penerus. Seperti sifat dasar warga baduy, mereka menyampaikan apapun permasalahan yang ada di baduy kepada pemerintah dengan tegas, lugas, tanpa basa-basi, terbuka, tepat dan tidak menutup-nutupi. Tradisi suku baduy ini merupakan tanggung jawab semua warganya supaya berlangsung sukses. Semua warga memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan seba tahunan supaya berjalan dengan lancar. Sesuai dengan pakem, keharusan, dan arahan dari pemimpin mereka.

Kemudian esok harinya di lanjutkan dengan perjalanan menuju kantor gubernur banten di serang. Di terima langsung oleh ibu gubernur yang biasa di panggil oleh masyarakat Baduy dengan Ibu Gede. Dengan agenda yang sama, yaitu silaturahmi ke kepala pemerintahan. Hj. Atut Chosiah sangat mengapresiasi apa yang di lakukan oleh masyarakat baduy dengan adat istiadat seba ini. Karena artinya seba ini menunjukan bahwa warga Baduy tetap menjaga kelangsungan hutan terbukti dengan banyaknya oleh-oleh berupa hasil hutan mereka.Adapun hasil bumi yang di serahkan baik ke bupati atau gubernur berrmacam-macam seperti pisang, padi, gula aren, coklat, biji kopi dan lain-lain.